Hak bersuara dan menentukan
Masruchah mencontohkan pengalaman beberapa kawannya yang aktif beroganisasi. “Tadinya teman-teman saya itu dilarang suami mereka berorganisasi. Para suami takut istri mereka jadi berani membantah. Tapi mereka tidak hilang akal. Teman-teman saya berusaha memanfaatkan situasi kebersamaan. Ada yang membuatkan makanan kesukaan suaminya lalu berdialog di meja makan. Teman lain berdialog dengan suami di ranjang, saat melakukan foreplay. Ternyata mereka sukses dan diperbolehkan berorganisasi! Bahkan, yang tadinya melarang, kemudian sangat mendukung.”
Pada dasarnya, pemahaman tentang hak-hak wanita seharusnya dimulai dari rumah. Wanita sebaiknya terbiasa berdiskusi dengan suami, keluarga, dan anak. Memberi contoh juga merupakan cara paling efektif untuk menanamkan pemahaman ini. Misalnya, dengan memberi kesempatan pada anak untuk menyampaikan pendapat dan berkomunikasi serta tidak membeda-bedakan anak perempuan dan laki-laki. Harapannya, akan tumbuh generasi baru di mana kaum hawa lebih menyadari hak-hak mereka, sedangkan kaum pria lebih menghargai hak-hak wanita.
Masruchah mencontohkan pengalaman beberapa kawannya yang aktif beroganisasi. “Tadinya teman-teman saya itu dilarang suami mereka berorganisasi. Para suami takut istri mereka jadi berani membantah. Tapi mereka tidak hilang akal. Teman-teman saya berusaha memanfaatkan situasi kebersamaan. Ada yang membuatkan makanan kesukaan suaminya lalu berdialog di meja makan. Teman lain berdialog dengan suami di ranjang, saat melakukan foreplay. Ternyata mereka sukses dan diperbolehkan berorganisasi! Bahkan, yang tadinya melarang, kemudian sangat mendukung.”
Selain itu, wanita juga tidak boleh gegabah dalam melihat masalah 'pelanggaran hak wanita'. Shelly Adelina mencontohkan, ”Kita tidak bisa begitu saja menganggap suami yang melarang istrinya bekerja sebagai bentuk pelanggaran hak. Kita juga perlu tahu kondisi si istri. Jangan-jangan dia merasa baik-baik saja, karena banyak wanita yang menikmati perannya sebagai ibu rumah tangga. Jadi yang perlu kita tahu adalah perasaan si wanita.”
Pada dasarnya, pemahaman tentang hak-hak wanita seharusnya dimulai dari rumah. Wanita sebaiknya terbiasa berdiskusi dengan suami, keluarga, dan anak. Memberi contoh juga merupakan cara paling efektif untuk menanamkan pemahaman ini. Misalnya, dengan memberi kesempatan pada anak untuk menyampaikan pendapat dan berkomunikasi serta tidak membeda-bedakan anak perempuan dan laki-laki. Harapannya, akan tumbuh generasi baru di mana kaum hawa lebih menyadari hak-hak mereka, sedangkan kaum pria lebih menghargai hak-hak wanita.