Setelah 26 tahun berlalu, apakah kehidupan telah kembali normal di desa yang terletak di Ukraina utara itu? Apakah ledakan beruntun pada gedung pembangkit listrik yang menggunakan tenaga nuklir itu membuat umat manusia menjadi lebih berhati-hati?
Ternyata daya ingat manusia sangat pendek. Dampak musibah Chernobyl paling terasa di Eropa dibandingkan di belahan bumi lain. Namun karena terdorong oleh kebutuhan yang lebih mendesak, misalnya karena krisis minyak pada tahun 1973, Prancis merupakan negara Eropa pertama setelah malapetaka Chernobyl yang menggunakan nuklir sebagai tenaga pembangkit listrik. Prancis kini memiliki 59 reaktor nuklir yang mampu memenuhi 80% kebutuhan listrik negaranya. Di sisi lain, Swedia dan Jerman malah mengeluarkan undang-undang yang melarang pembangunan reaktor nuklir baru, bahkan secara bertahap mereka akan menutup reaktor yang ada.
Amerika Serikat, sebagai negara yang tak memiliki minyak bumi, sejak lama telah menggunakan reaktor nuklir. Tahun 1970 mereka telah memiliki 104 pembangkit listrik bertenaga nuklir. Jumlah itu hanya mampu memenuhi 20% kebutuhan negara. Pada tahun 1979, reaktor nuklir di Pennsylvania meleleh. Walaupun tidak menimbulkan korban manusia, sejak itu pemerintah Amerika menghentikan pembangunan pusat reaktor nuklir yang baru.
Keadaan agaknya tidak akan berlangsung seperti ini terus. Naiknya harga minyak bumi dan gas di satu pihak, ketergantungan pada suplai minyak bumi dari Timur Tengah di pihak lain, serta pemanasan bumi yang makin gawat yang dipercaya antara lain akibat penggunaan bahan bakar batu bara, telah menyebabkan presiden Bush dalam pidato awal tahunnya mengatakan, “Kita harus segera menemukan tenaga nuklir yang lebih aman.”