Pengantar:
Pada artikel-artikel sebelumnya, Anda sudah mendapat gambaran
tentang beberapa profesi yang bisa dijalankan sebagai pilihan karier kedua. Intinya,
pilihlah pekerjaan yang bisa membahagiakan hati Anda, seperti yang dipilih wanita
berikut ini.
Pada artikel-artikel sebelumnya, Anda sudah mendapat gambaran
tentang beberapa profesi yang bisa dijalankan sebagai pilihan karier kedua. Intinya,
pilihlah pekerjaan yang bisa membahagiakan hati Anda, seperti yang dipilih wanita
berikut ini.
Rina Poerwadi, 'Dokter Aromaterapi'
Buka klinik rumahan
Baru setahun berpraktik sebagai holisticaromatherapist di Hong Kong, suami Rina dipindahtugaskan kembali ke Jakarta. Dengan modal awal sekitar 100 juta rupiah (separuhnya untuk mengimpor minyak esensial dari New Zealand), Rina menyulap ruang paviliun rumahnya sebagai tempat praktik. “Karena saya melakukan terapi klinis, saya mengutamakan minyak aromaterapi berkualitas tinggi dan berbahan organic, walaupun dengan konsekuensi harganya relatif mahal,” ungkap Rina.
Selain itu, tidak semua aromaterapi bisa berefek menyembuhkan, bahkan ada yang justru bisa meracuni. “Kalau ada yang terlalu murah, mestinya malah patut diragukan ingredient-nya; karena minyak esensial yang bagus, biasanya lumayan mahal,” imbuhnya.
Sejak pertama mendirikan klinik di tahun 2002, Rina tidak pernah berpromosi. Ia lebih mengandalkan promosi dari mulut ke mulut. Ia mengaku sangat terbantu oleh media massa yang banyak mengeksposnya -- baik majalah, radio, teve. Tak jarang ia diundang menjadi pembicara talk show di berbagai event. Nama Rina Poerwadi pun mulai terdongkrak, dan dengan sendirinya klien berdatangan satu per satu.
Namun di tahun-tahun pertama, orang masih sering salah persepsi soal praktiknya itu. “Banyak yang mengira klinik saya seperti salon atau spa. Padahal, seperti dokter, saya mendiagnosis dulu kondisi klien, lalu memberikan terapi melalui pijatan dan aromaterapi yang sesuai,” Rina menjelaskan.
Yang agak menyedihkan, kata Rina, masyarakat kita cenderung merendahkan profesi ‘tukang pijat’. Maka untuk meluruskan persepsi ini, Rina selalu menekankan sikap profesional dan disiplin kepada kliennya. “Saya tidak asal pijat atau menuruti keinginan klien kalau itu memang tidak perlu. Jadi saya akan jelaskan bagian mana saja yang akan dipijat danmereka harus mau mengikuti program terapi saya. Dan kalau mereka punya janji pukul 10 pagi, ya, harus on time. Supaya mereka bisa belajar menghargai waktu saya dan klien yang lain,” kata Rina tegas.