

Lima tahun yang lalu, Dina (akrab di dunia digital dengan sebutan Dina Duaransel, seperti nama situsnya) bersama sang suami, Ryan meninggalkan rumah mereka di Kanada dan menjelajah dunia. Kini, berdua mereka sudah menjelajahi 45 negara.
Anda lebih suka disebut apa?
Digital Nomad. Karena pekerjaan kami berhubungan dengan teknologi dan rumah kami adalah dimana kami berada.
Apa yang membuat Anda berdua memutuskan menjadi digital nomad?
Kami tidak merencanakan ingin menjadi pasangan traveler dan digital nomad. Hanya saja, waktu kami tinggal di Kanada, saya sibuk mengejar gelar master di kimia organik. Sementara, Ryan sering business travel. Kebanyakan kami hanya bertemu di malam hari. Padahal, dulu waktu masih pacaran kami suka sekali pergi berdua. Dan, saya merasa kami menikah bukan hanya bertemu di malam hari. Dari pembicaraan kami di waktu malam, akhirnya tercetus untuk berpergian selama setahun setelah saya selesai kuliah S2, dan Ryan berhenti bekerja. Semua barang-barang di apartemen kami jual dan kami pergi masing-masing hanya dengan dua ransel. Tujuan pertama kami adalah berpegian dengan kapal pesiar ke Eropa.
Rencana bepergian sebagai career break ternyata jadi kebablasan. Ryan yang ingin berhenti bekerja malah ditawari untuk tetap menjadi pekerja lepas sehingga bisa bekerja darimana saja selama ada jaringan internet. Sementara Dina banting haluan karier menjadi penulis dan fotografer untuk situs duaransel.com, dan akun instragram @DuaRansel milik mereka berdua. Dina juga rajin menulis untuk berbagai media. Baru-baru ini, Dina malah diminta ikut ekspedisi kuliner Nusantara oleh sebuah produk makanan dan menuliskan pengalamannya di buku bersama beberapa penulis lain .
Keputusan Anda sempat mengundang protes?
Oh iya. Salah satunya dari Ibu saya karena beliau ingin saya sampai gelar doktor. Saya juga sempat alergi dengan media sosial, dan enggan kumpul dengan teman-teman lama. Karena saya seperti mendapat penolakan dan selalu dinasihati untuk menjalani hidup yang menurut mereka “normal”, seperti tempat tinggal tetap dan karier yang jelas. Saya jenuh sekali dinilai sebagai orang yang tidak punya karier dan tujuan hidup tidak jelas. Saya juga sering dikira kaya raya karena nikah dengan bule dan bisa berpergian ke berbagai negara. Maaf saja, tapi selama 12 tahun kami menikah kami bekerja keras, terutama menabung untuk dua tahun perjalanan awal kami.
Dari dulu Anda sudah suka berpetualang?
Wah, saya itu dulu kutu buku sekali. Sejak kenal Ryan di Jepang dan kami sering berpergian di Jepang, dari situ saya menemukan sisi lain diri saya.