“The more I travel the more I realize I don’t know much,” demikian kata Dina. Namun, ungkapan ini tidak hanya untuk daerah-daerah yang mereka singgahi. Seperti, perjalanan ke Laos yang ternyata membuka cakrawala sejarah dan kesederhanaan hidup masyarakatnya yang membuat mereka tersentuh. Tetapi, perjalanan suami istri ini juga ternyata mendekatkan hubungan keduanya.

Bagaimana gaya traveling Anda berdua?
Kami suka berpergian yang praktis karena itu kami hanya membawa dua ransel. Biasanya kami menyewa mobil dan pergi ke tempat yang sangat lokal atau dimana kami merasa nyaman. Biasanya kami tidak punya batasan waktu akan berapa lama di tempat tersebut. Kami akan pergi kalau kami sudah merasa jenuh. Orang melihat kami ini pasangan backpacker padahal kami juga suka lho traveling mewah. Sesekali kami menginap di resort dan bersantai di pantai sambil membaca buku selama seminggu.
Katanya traveling dalam waktu lama bisa mendekatkan hubungan suami istri?
Ada yang mendekatkan, ada yang menjauhkan. Untuk kasus saya dan Ryan yang selalu hampir bersama 24 jam, kami menjadi semacam ramuan kimia yang harus disatukan, tidak bisa berdiri sendiri-sendiri.
Jadi jarang berselisih paham?
Kata siapa? Setiap saat. Hahaha. Tapi, kami sadar, perjalanan dalam waktu panjang itu cukup berat dan menghadapi konflik tidak bisa dihindari atau ditunda seperti saat masih tinggal menetap dan kerja kantoran. Justru, masalah akan tambah runcing bila tidak dihadapi. Karena itu, kami berusaha menyelesaikan satu masalah di satu tempat, tidak kami bawa saat pindah tempat. Dan, siap menurunkan ego untuk bekerja sama mencari solusi. Hal ini, membuat saya dan Ryan memiliki semacam keahlian baru yang tumbuh bersama dan menjadi sesuatu yang istimewa.
Apa salah satu keahlian itu?
Salah satunya, Ryan jago sekali dapat harga promo. Saya sendiri menentukan itinerary perjalanan kami. Ini menjadi semacam pembagian tugas dalam perjalanan. Ryan yang memesan tiket pesawat, kapal, dan hotel. Sedangkan saya bertugas mengurus detail perjalanan.
Jadi, Anda sekarang seperti menjalani hidup sesuai mimpi lima tahun yang lalu?
Ini jauh lebih besar dari mimpi kami. Kami tidak menyangka bisa sampai di sini. Kalau ada yang bilang hidup kami tidak normal, sejujurnya saat kami menjalani hidup yang dibilang orang ‘normal’ kami merasa ada banyak kesempatan terbuang. Kami memang sudah berpikir untuk punya anak. Jadi, bila nanti punya anak ya, kami akan berhenti dulu. Lalu bila nanti akan jalan lagi ya, jalan lagi. Kadang kami melihat hidup kami ini seperti film yang kami tidak tahu bagaimana ujungnya.
Monika Erika