New Delhi, ibukota yang serba kontras
New Delhi adalah kota gabungan dari 7 kota kuno. Pembangunan kota ini dimulai dari abad ke-12 dan memakan waktu 9 abad. Tak kurang dari 8 kekuatan politik pernah menjadikan Delhi sebagai pusat kerajaan mereka. Ketika arsitek Edwin Lutyen merampungkan pembangunan semua gedung pemerintah Inggris pada tahun 1930 di kota Delhi, kota tersebut diresmikan sebagai ibu kota India (sebelumnya Kalkuta), dan namanya diubah menjadi New Delhi.
New Delhi memiliki banyak boulevard dan taman yang diteduhi pepohonan. Taman-taman ini umumnya dilengkapi kolam buatan. Rajpath adalah boulevard yang megah, terentang antara India Gate dan istana presiden yang disebut Rashpati Bhavan. Istana ini awalnya kediaman resmi gubernur jenderal Inggris, dibangun (demi keamanan) di atas sebuah bukit buatan, bukit Raisina. Istana dari marmer dan batu merah ini dilengkapi apartemen, ruang pengadilan, dan berbagai ruang pertemuan dan upacara. Yang paling terkenal adalah Durbar Hall, tempat upacara kenegaraan berlangsung. India Gate adalah tugu pahlawan berbentuk pintu gerbang untuk memperingati 90.000 serdadu India yang gugur dalam Perang Dunia I. Di tengah pintu gerbang ini ada obor yang tetap menyala, sebagai penghormatan pada arwah para pahlawan.
Bagian kota New Delhi yang paling menarik adalah sebelah barat Sungai Yamuna yang terbagi 3: utara, pusat, dan selatan. Di wilayah ini kita bisa melihat berbagai bangunan kuno, saksi sejarah India. Bagian timur sungai ini merupakan kawasan industri yang besar, dan wilayah Jhuggis, yakni kumpulan rumah kumuh dan padat, tempat tinggal para buruh pendatang dari desa-desa sekitar situ. Di wilayah inilah 75% penduduk New Delhi bermukim.
Ibu kota republik India ini (berpenduduk 14,5 juta orang) pernah menjadi kota dengan kadar polusi udara tertinggi di dunia. Salah satu upaya menanggulanginya, tahun 1998 pemerintah melarang penggunaan kendaraan yang berumur lebih dari 10 tahun. Tahun 2001, kendaraan umum yang berbahan bakar diesel dilarang beroperasi kecuali mau mengganti diesel dengan bensin. Sejak itu kadar polusi dikabarkan turun 80%. Kereta api bawah tanah, metro, yang membelah New Delhi (tahun 2003), juga membantu mengurangi polusi dan kemacetan lalu lintas.
Kami menginap di Hotel Imperial, yang terletak di daerah elit Janpath. Hotel antik yang dibangun tahun 1930 oleh Bromfield, rekanan arsitek Lutyen, merupakan perpaduan unik antara gaya Victoria, Kolonial, dan Art Deco. Karena terletak di tengah kebun yang luas dan cantik, suasananya sejuk dan tenang, tanpa ingar-bingar pusat kota. Keistimewaan lain hotel ini adalah peran sertanya dalam upaya mencapai kemerdekaan negerinya. Tahun 30-an, hanya di hotel inilah para politisi seperti Pandit Nehru, Mahatma Gandhi, Muhammad Ali Jinnah, dan Lord Mountbatten dapat berembuk dengan tenang, membahas masa depan India dan Pakistan. Sepanjang dinding lobi di lantai dasar Hotel Imperial dihiasi foto-foto yang menjadi bukti peristiwa bersejarah itu.