

Bagi orang awam, fantasi sering disamakan dengan imajinasi. Menurut Dr. Ira Puspitawati, MSi., psikolog dari Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma, Depok, imajinasi adalah salah satu metode yang digunakan oleh manusia untuk beradaptasi dengan kenyataan, karena itu imajinasi tidak terlalu berlawanan dengan kenyataan. Dengan kata lain, berimajinasi merupakan proses (di dalam tubuh, khususnya otak) penciptaan gagasan-gagasan baru agar dapat diwujudkan dalam kenyataan.
Sedangkan fantasi adalah salah satu hasil atau bentuk imajinasi, yang merupakan manifestasi dari 'daydream' atau lamunan yang sulit –bahkan mustahil— diwujudkan dalam kenyatan, karena merupakan hasil dari dambaan (desire), rasa frustrasi, harapan, dan bahkan konflik internal yang harus 'disembunyikan' dari kenyataan.
Fantasi seksual atau biasa disebut juga fantasi erotis biasanya dilakukan oleh seseorang untuk menciptakan suatu 'suasana seksual' yang tidak mungkin atau sulit terwujud dalam kehidupan sehari-hari, mengingat adanya berbagai batasan seperti norma dalam masyarakat maupun agama.
Kegiatan berfantasi seksual juga memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Mulai dari sekadar iseng, misalnya obrolan sekelompok wanita tentang 'serunya bercinta dengan David Beckham', sampai yang 'serius', yaitu ketika seseorang membayangkan adegan seks step by step secara mendetail dengan orang tertentu hingga mencapai orgasme.