“Oleh karena itu fantasi erotis tidak selalu merupakan mekanisme tubuh untuk memenuhi kebutuhan akan kepuasan seksual, tapi bisa saja sekadar mekanisme mental untuk mewujudkan sesuatu yang tidak mungkin terwujud dalam kenyataan,” Ira menjelaskan. Karena itu Ira menekankan, bila seseorang berfantasi erotis, itu tidak selalu berarti ia memiliki masalah tertentu dalam kehidupan seksualnya. Bisa saja hanya sekadar iseng untuk lucu-lucuan. Jadi... tak perlu terlalu keras terhadap diri sendiri, apalagi sampai dikejar rasa berdosa segala hanya karena Anda berfantasi erotis dengan pria lain yang bukan suami!
Bagi yang masih single, umumnya berfantasi erotis dilakukan pada saat masturbasi. Sedangkan pada orang yang sudah menikah, memang ada beberapa alasan. Ada yang melakukannya karena tak puas dengan kehidupan seksualnya (misalnya tak puas pada pasangannya yang hanya mementingkan kepuasan sendiri), tapi ada pula yang melakukannya justru agar menjadi lebih dekat dan lebih intim dengan pasangannya. Misalnya, sebenarnya kita ingin suami kita melakukan ini atau itu terhadap kita, tapi kita menganggap hal itu tidak mungkin diwujudkan dalam kenyataan. Untuk memenuhi keinginan itu, kita pun berfantasi.
“Idealnya sih, angan-angan itu di-share kepada pasangan, sehingga dia tahu apa yang kita dambakan. Meskipun sifatnya hanya angan-angan (karena tak mungkin diwujudkan, misalnya bercinta di pantai terbuka), hal itu akan meningkatkan kedekatan dan keintiman terhadap satu sama lain, karena terciptanya rasa saling percaya,” Ira menambahkan.
Tina Savitri