Makan Serabi Bareng 'si Bona'
Gara-gara takut terlambat – karena Bangkok sangat macet – begitu alasan pemandu wisata kami Thanwa Saru, rombongan dari Jakarta pun langsung digiring ke lokasi Siam Niramit. Padahal sepanjang perjalanan kami semua tertawa kecut. Soalnya macet yang digambarkan oleh Tom – begitu panggilan akrab Thanwa – jauh lebih mendingan dibandingkan di Jakarta. Setidaknya mobil bisa berjalan dan kami tiba di Siam Niramit satu jam sebelum pertunjukan. Itu berarti masih cukup banyak waktu untuk jalan-jalan di Traditional Village dan bersantap malam.
Di depan gerbang, dara-dara penyambut tamu yang berpakaian tradisional menyambut dengan kalungan bunga. “Sawasdee Kaa!” katanya sambil ber “Wai”, cara memberi salam khas Thailand. Saya langsung masuk ke dalam dan melihat beberapa penari sedang berpose untuk pengunjung. Di belakangnya tampak dua ekor gajah yang juga sedang sibuk 'melayani' permintaan foto pengunjung.
Ini memang bukan pertama kali saya mengunjungi Siam Niramit. Tapi saya tetap excited, karena dua tahun lalu tak sempat jalan-jalan ke Traditional Village yang ternyata tiruan dari desa di 4 region di Thailand. “Rumah-rumah di sini semuanya asli dan diambil dari keempat wilayah di Thailand,” kata Wallapa Phokawat, Assistant Managing Director Siam Niramit.
Setelah mencicipi penganan dari beras sangrai yang diberi ampas kelapa dan serabi mini saya sempat mencoba naik perahu di danau buatan. Dari situ saya berkeliling lagi, dan di sebuah pondok bertemu seorang nenek tua yang melambai-lambaikan tangannya. Walau tak paham, saya mendekat, menuruti panggilannya. Ternyata dia berniat memberi saya gelang keberuntungan, yang terbuat dari benang katun. “Itu tradisi khas Thailand. Biasanya setelah ke kuil, kami akan diberi gelang dan dipakai selama 7 hari untuk membawa keberuntungan dan keselamatan,” kata Tom menjelaskan.
Namanya juga mau didoakan agar selamat, sebagai orang Jawa tulen, saya tanpa pikir panjang langsung menyodorkan tangan. Si nenek pun berdoa – setengah nembang tepatnya – sambil mengikatkan benang katun putih di tangan kiri. Melihat itu, rombongan yang lain langsung berbaris dan minta didoakan.