
Pada 1930-an, ada diet populer bertajuk The Slimming Soap Diet. Idenya, jika Anda tidak bisa menahan nafsu dari dalam diri, Anda bisa melakukan sesuatu dari luar tubuh. Lalu muncullah berbagai jenis sabun yang konon bisa meluluhkan lemak. Silakan gosok tubuh Anda sekeras mungkin (semoga berhasil!).
Pada 1960-an, ada lagi tren diet yang lebih absurd. The Drinking Man’s Diet menyarankan konsumsi alkohol setiap Anda bersantap. Robert Cameron, sang penggagas, menjual pamflet metode diet ini dengan harga mahal. Tidak apa-apa menjadi alkoholik, asal jangan tambun.
Di era yang sama, sang raja musik pop, Elvis Presley, mencoba The Sleeping Beauty Diet. Seperti judulnya, tren diet ini mendorong seseorang untuk lebih banyak tidur. Sederhananya, jika Anda tidur, Anda tak akan makan. Tetapi bagaimana agar kita bisa sering tidur? Tentu saja jawabannya adalah obat bius.
Yang lebih futuristik adalah The Vision Diet. Konon, warna biru bisa menekan nafsu makan seseorang. Karenanya, jika Anda ingin makan lebih jarang, silakan gunakan kacamata berlensa biru ke mana-mana. Masalahnya, tak ada yang menguji dampak lensa biru bagi kesehatan mata. Anda juga akan terlihat seperti seseorang yang hendak nonton IMAX (tapi jauh dari bioskop).
Begitulah sejarah panjang dari beragam tren diet yang membahayakan tubuh. Seiring kemajuan riset kesehatan, pergeseran budaya, dan temuan-temuan baru, tren diet itu pun tenggelam dan tergantikan.
Tren diet zaman sekarang telah mengalami pergeseran. Ketimbang menekankan pada satu macam asupan, diet populer saat ini mengombinasikan banyak hal. Tak hanya asupan, kombinasi juga meliputi waktu makan, komposisi panganan, hingga anjuran berolahraga demi berat badan ideal.
Intinya, apa pun dietnya, tak ada yang akan langgeng tanpa diimbangi gaya hidup dan pola makan sehat. Tren diet di era modern juga cenderung tidak memiliki batasan yang kaku. Sebaliknya, ia luwes dan memiliki sifat yang holistik. Clean eating adalah salah satunya. Jika berminat mencoba, silakan pahami pengertian clean eating di sini.