
2. Tidak separah yang diduga
Risiko: Menyeramkan bagi si kecil hati, tantangan bagi mereka yang optimistis. Contohnya, Lisa tergolong yang optimistis. Impian mengejar karier di ibu kota membuatnya siap meninggalkan pekerjaannya di Palembang sebagai manajer promosi sebuah perusahaan bahan kimia.
Betapa berbunga-bunga hatinya ketika dia diterima di perusahaan real estate di Jakarta sebagai manajer pemasaran. Sekalipun dihalang-halangi oleh keluarga, Lisa merasa mantap. Pikirnya, “Paling-paling aku tidak betah atau tidak sukses bekerja di developer. Kalaupun begitu, aku, kan, bisa mencari pekerjaan lain.”
Lisa pun hijrah ke Jakarta. Beberapa bulan berlalu, ia masih penuh harapan meraih sukses... namun tanpa disangka terjadi krisis moneter. Bisnis properti ambruk. Dia menganggur beberapa lama, kemudian memutuskan untuk kembali ke Palembang.
Frustrasikah Lisa? Tidak juga. Dia merintis karier dari awal lagi, berpindah kerja beberapa kali, menaiki jenjang karier, dan kini menjadi salah satu CEO dari perusahaan bahan makanan terkenal di kotanya.
Dia ingat ketika diwawancarai untuk salah satu pekerjaan barunya, sang pewawancara bertanya, “Jadi, Anda merasa salah langkah ketika memutuskan pindah ke Jakarta?” Jawab Lisa dengan tenang, “Ah, tidak juga. Menurut saya itu sama sekali bukan kesalahan.”
Bagi Lisa, keinginan berkarier di Jakarta tak ubahnya ada yang gatal di salah satu bagian tubuhnya, dan dia harus menggaruknya. Rasa gatal hilang dan dia lega. Dia puas karena sudah mencoba pekerjaan baru itu. Kalau tidak, mungkin seumur hidup dia terus penasaran.
Selain itu, Lisa tidak memungkiri bahwa di Jakarta dia memperoleh pengalaman serta kontak-kontak baru yang berharga. Bahkan, salah satu kontaknya membolehkan namanya disebut sebagai referensi ketika dia melamar pekerjaan di Palembang.
Bagi Lisa, kegagalan bukan akhir dunia, dan nyatanya tidak separah yang dibayangkan kebanyakan orang.
Foto: Brooke Cagle/Unsplash