
3. “Aduh, kan, Ibu sudah ngomong itu berkali-kali.”
Sebenarnya kita pun sering membicarakan hal yang sama berulang kali, terlebih lagi tentang hal-hal yang kita sukai. Namun karena orang tua kita melakukannya sepanjang waktu, kita pun jadi kehilangan kesabaran.
“Pasti habis ini ibu mau cerita tentang ini, deh. Habis itu pasti ceritanya begini.” Kalimat ini bisa Anda ucapkan dengan nada bercanda sehingga orang tua Anda tidak tersinggung.
Anda pun juga bisa menceritakan kebiasaan Anda yang suka cerita hal yang sama berulang kali kepada mereka. Yang terjadi adalah mereka jadi terhibur dengan guyonan Anda.
4. “Papa masa lupa nama cucu sendiri!”
Daripada marah karena orang tua Anda lupa pada nama cucunya, lebih baik membawanya untuk mendapat perawatan medis. Semakin sering ia melupakan hal-hal yang penting, maka semakin besar alasan Anda untuk membawa orang tua ke dokter.
“Lansia menjadi pelupa karena ada penurunan pada proses berpikirnya. Pada penyakit demensia, mulanya mereka hanya lupa pada hal-hal yang baru terjadi, namun lama-lama bisa lupa pada anak-anaknya sendiri, cucunya, bahkan dirinya sendiri,” ujar Augustine.
Augustine menjelaskan bahwa hingga saat ini belum ada cara untuk menyembuhkan penyakit ini, namun suplemen dapat membantu mempertahankan ingatan mereka.
“Nama cucu Papa, kan, Kayla.” Ucapkan dengan lembut dan senyum. Sebenarnya orang tua Anda pun merasa bersalah karena lupa nama cucu kesayangan mereka.
Konsultan: dra. Augustine Dwi Putri Sukarlan, M. Si., Fakultas Psikologi Universitas Indonesia