.jpg)
Tentunya memberhentikan setengah karyawan untuk berhemat tidaklah semudah mengatakannya. Ada banyak pertimbangan yang perlu dipikirkan. Dan menurut Paul, lima di antaranya bisa Anda tanyakan kepada diri sendiri, tentunya berdasarkan data yang Anda miliki, yaitu;
1. Apakah karyawan yang bersangkutan sudah mendekali usia pensiun? Umumnya karyawan seperti ini akan dipesiundinikan, bukan diberhentikan.
2. Apakah karyawan yang bersangkutan masih belum matang atau belum mandiri dalam bekerja? Umumnya ini adalah karyawan yang baru masuk bekerja.
3. Apakah karyawan yang bersangkutan tidak memiliki peran lagi (misalnya karena toko atau cabang tempat dia bekerja ditutup)?
4. Apakah karyawan yang bersangkutan tidak memiliki kompetensi lain sehingga dia tidak dapat dialihtugaskan?
5. Apakah karyawan yang bersangkutan kurang produktif karena kinerja tidak optimal atau tidak sesuai tuntutan pekerjaan? Karyawan seperti ini dianggap lebih menjadi beban daripada menjadi kontributor produktif bagi perusahaan.
Intinya, perusahaan akan memilih karyawan yang memiliki kontribusi dan matang kompetensinya. Contohnya, jika satu karyawan dengan gaji Rp10 juta bekerja dengan produktivitas dan kualitas yang sama dengan karyawan lain dengan gaji Rp5 juta, tentu karyawan pertama menjadi terlalu mahal bagi perusahaan.
Namun, jika ia memiliki kompetensi yang matang serta berkontribusi lebih besar daripada mereka yang bergaji Rp5 juta (serta setelah masa sulit masih bisa melatih karyawan baru), maka yang bergaji Rp10 juta lebih layak dipertahankan.
Dalam profesi yang mengandalkan seni, selera, dan keterampilan yang matang sesuai masa kerja—misalnya editor majalah, chef, art designer, dan sebagainya—maka karyawan yang berpengalaman justru adalah aset yang harus dipertahankan.
[Baca juga happy ending setelah PHK]