
5. Kanker serviks hanya menyerang wanita lanjut usia
Fakta: Dwiana mengungkapkan, kasus termuda kanker serviks yang pernah ia tangani di RSCM adalah pasien berusia 21 tahun.
Memang, dari tahap menginfeksi hingga memasuki masa lesi prakanker, tahap sebelum menjadi kanker ketika perumbuhan sel sudah mulai acak-acakan, membutuhkan waktu 4-5 tahun. Lesi prakanker menjadi kanker juga membutuhkan waktu hingga 4-5 tahun. Sehingga sering terjadi wanita terdeteksi kanker di usia cukup lanjut.
Namun deteksi kanker yang ditemukan di usia lebih tua seringnya sudah terlambat alias sudah stadium tinggi, sehingga kerap berakhir dengan kematian.
6. Gejala kanker serviks mudah terlihat
Fakta: Tahapan dini (lesi prakanker) biasanya tidak menimbulkan gejala apa-apa sehingga orang tetap dapat melakukan kegiatan sehari-hari tanpa menyadari ada pertumbuhan sel kanker dalam tubuhnya.
Jika sudah mengalami gejala seperti keputihan berbau atau pendarahan saat berhubungan seks, maka kemungkinan kanker sudah berada di tahap parah (stadium 2 sampai 4) yang tingkat penyembuhannya sangat sulit.
7. Merokok tidak ada hubungannya dengan kanker serviks
Fakta: Rokok menjadi salah satu penyumbang segala jenis kanker di dalam tubuh kita, sekaligus salah satu faktor risiko kanker serviks.
Zat yang terdapat dalam rokok, dapat membuat sel-sel tubuh kehilangan daya untuk merapikan diri sehingga tumbuh tidak beraturan (disebut gejala crazy cell), sehingga merangsang kanker tumbuh secara liar di tempat-tempat yang tidak seharusnya.
Risiko kanker serviks bagi perokok, baik aktif maupun pasif, dua kali lipat dibandingkan yang tidak merokok.
8. Remaja yang belum aktif seksual tidak perlu divaksin
Fakta: Vaksin justru akan lebih efektif pada wanita yang belum aktif secara seksual, karena dapat membentuk antibodi dengan lebih baik. Untuk wanita yang sudah telanjur melakukan kontak seksual pun, vaksin masih dapat diberikan, meskipun
tingkat perlindungannya tidak sebaik pada wanita yang belum pernah kontak seksual.
9. Sering melahirkan berisiko kanker serviks
Fakta: Betul. Wanita yang sering melahirkan (secara normal) lebih berpotensi terkena kanker serviks, karena pada proses melahirkan, leher rahim mengalami perobekan berkali-kali. Perlukaan itu menyebabkan infeksi HPV lebih mudah terjadi.