
Namun, saya yakin, sampai kapan pun kebaikan hati tak pernah basi, meskipun makin sulit diterapkan. Mungkin kini orang lebih suka melakukan dan mengejar perbuatan baik yang mengesankan bagi dunia luar, dengan harapan kebaikannya dikenang, dicatat, dan disebarluaskan. Bantuan langsung tunai mungkin lebih disukai ketimbang bantuan berupa jalan keluar suatu masalah. Hadiah yang mewah dan jor-joran lebih dihargai ketimbang segenggam mutiara kearifan yang membuka kesadaran seseorang. Uluran tangan dengan memberi uang dianggap lebih meringankan beban ketimbang saran-saran bijaksana untuk mengelola keuangan. Dan lain sebagainya.
Kebaikan-kebaikan yang bersifat menumbuhkan di dalam—itulah yang diterapkan Cinderella. Ketika memberi saran kepada si pemburu agar tidak membunuh, ia menerapkan sikap welas asih yang mengayomi kepada para asisten rumah tangganya yang diusir dari rumah oleh ibu tirinya. Ia juga menunjukkan kebaikan hati kepada makhluk-makhluk bukan manusia yang hidup di hutan—tikus, angsa, kadal, kelinci, tupai, tanaman. Bahkan, ia tetap berbelas kasih saat menerima saja perlakuan buruk ibu dan kedua saudari tirinya yang menjadikannya pelayan di rumahnya sendiri. Dan kendati hatinya tercabik-cabik melihat ibu tirinya merobek gaun pesta milik mendiang ibunya, Cinderella masih sanggup berbuat kebaikan kepada seorang pengemis tua, yang ternyata adalah peri yang menyamar. Dan itulah yang kemudian mengubah nasibnya.
Sayangnya saat ini semakin banyak orang yang tidak percaya lagi bahwa kebaikan hati yang kita lakukan bisa menciptakan keajaiban yang mengagumkan bagi hidup kita. Namun dengan catatan: Yang akan mewujud menjadi kenyataan indah adalah kebaikan yang sungguh-sungguh kita niatkan, pikirkan, upayakan, dan lakukan dengan hati yang tulus. Sedangkan kebaikan yang kita kemas dalam perbuatan dan ucapan yang manis, indah, memukau, bahkan dahsyat, namun bila niatnya semata untuk mengangkat ego pribadi, percayalah, ending-nya biasanya sulit mencapai happilly ever after.
Mendekati bagian akhir, saat Cinderella berkata kepada ibu tirinya, “I forgive you,” saya jadi teringat pada ucapan seorang sahabat yang saya hormati, “Berhati-hatilah pada kebaikan orang lain. Terutama bila orang yang baik itu terus-menerus kita perlakukan dengan tidak pantas, namun ia tidak membalas, melainkan malah terus berbuat baik kepada kita. Sesungguhnya, kita sedang berada dalam krisis....”