
Kamis, 10 Maret 2016, jam 14.00
Sejak dimandikan tadi pagi, saya dan Bayam Hijau kini asyik bersantai dalam salah satu boks di teras Farming Center YUM. Kami masih menunggu teman-teman sayuran lain selesai dipanen, dicuci dan ditimbang. Setelah itu, mereka akan menyusul masuk ke dalam salah satu boks.
Boks-boks ini merupakan pesanan klien. Selain Burgreens, YUM memiliki klien lain, mulai dari perorangan hingga restoran atau retail, seperti Mars Kitchen, Bina Desa, dan Belanjo.
Untuk perorangan, total produktivitas pertanian YUM bisa mencapai 400 kg per minggu. Itu belum termasuk retail dan restoran. Untuk Burgreens, rata-rata berat sayuran per kiriman adalah 12 kg. Dalam seminggu, Burgreens dua kali mengambil sayuran. Yang menarik adalah, dari sekian banyak hasil produksi, 90 persen bahan pangan di YUM berhasil terserap. Dan inilah satu lagi kelebihan dari prinsip farm-to-table.
Saat ini, ada 800 juta orang di dunia masih menderita kelaparan. Di saat yang sama, menurut buku Waste: Unvovering the Global Food Scandal (2009) karya Stuart Tristram, sebanyak 30 persen dari total pangan global terbuang sia-sia.
Silangkan fakta tadi dengan data dari Food and Agriculture Organization of the United Nation yang menunjukan bahwa jumlah produksi pangan global sebesar 1,45 triliun kilogram per tahun. Jumlah itu, menurut mereka, semestinya lebih dari cukup untuk mengentaskan kelaparan. Tapi ke mana makanan itu pergi?
Jonathan Bloom, dalam buku American Wasteland: How America Throws Away Nearly Half of Its Food (and What We Can Do About It) (2011), menunjukan adanya ‘kebocoran’ di mana-mana: Kurang memadainya gudang penyimpanan, jalanan untuk distribusi, kulkas, hingga perilaku makan boros para konsumen. Dan yang menarik adalah, kebocoran umum terjadi di negara berkembang. Untung, di YUM tidak seperti itu.Kerjasama antara YUM dan Burgreens merupakan contoh ideal bagaimana farm-to-table bisa mengurangi food waste, dari hulu ke hilir.
Kerjasama antara YUM dan Burgreens merupakan contoh ideal bagaimana farm-to-table bisa mengurangi food waste, dari hulu ke hilir. Di hulu, seperti yang sudah saya ceritakan, 90 persen hasil tani di YUM terserap konsumen. 10 persen lagi? Kang Oleh mengolahnya menjadi kompos.
Di hilir, Burgreens memiliki program serupa. Seluruh makanan sisa juga diolah menjadi kompos, kemudian dijual pada yang membutuhkan. Namun bagaimana dengan bagian tengah? Sabar dulu, nanti akan saya ceritakan.
Saat ini pukul 17.00 dan matahari sudah condong ke Barat. Hujan gerimis mengguyur pertanian YUM petang itu, seolah mengingatkan para petani yang kelelahan untuk beristirahat. Di boks itu, saya dan Bayam Hijau menunggu waktu keberangkatan.