
Galau karena takut hidup sendiri
Meski belum ada data statistiknya, wanita yang mengalami nasib seperti Nayu mestinya banyak. Kita bisa mendengarnya di mana-mana, setiap saat: Teman kita, sepupu kita, para selebriti, bahkan—kalau mau jujur—diri kita sendiri. Kalau selama ini tak banyak korban yang melapor ke pihak berwajib, mungkin karena kita malu sebab membuka aib sendiri.
Bagi wanita lajang, khususnya di Indonesia, sukses dalam karier dan berpenghasilan yummy masih tetap dianggap kurang. Ira Puspitawati, psikolog dari Universitas Gunadarma Depok, mengatakan, “Masih ada anggapan dalam masyarakat kita, termasuk oleh orang tua kita, bahwa wanita yang sukses dalam karier tapi belum menikah lebih rendah ‘derajatnya’ ketimbang wanita yang menikah dan menjadi ibu—meskipun perkawinannya tidak bahagia atau ekonomi
keluarganya megap-megap.”
Di sisi lain, para wanita lajang itu juga harus berkejaran dengan usia kesuburan yang terus berdetak bila ingin memiliki keturunan. “Berbeda dengan wanita lajang di Barat yang bisa dengan bebas punya anak tanpa harus menikah, wanita lajang di Indonesia belum bisa demikian. Bahkan untuk mengadopsi anak secara formal pun tidak mudah,” Ira menambahkan.
Fenomena wanita lajang matang dan mapan memang semakin banyak dari tahun ke tahun. “Menurut data, pekerja perempuan di indonesia kini mencapai 41 persen. Dan kalau sudah memasuki dunia kerja yang penuh dinamika—juga daya tarik—sering kali kita tidak menyadari usia yang terus bertambah, dan tahu-tahu sudah melewati 30 tahun dan belum punya calon pendamping hidup yang serius,” jelas Ira.
Yang kerap menjadi dilema, seiring dengan tingginya pendidikan dan karier wanita, syarat yang ditetapkan untuk calon pasangan hidup mereka juga semakin tinggi. Padahal, kandidat yang prospektif justru semakin langka, karena di usia 35 tahun ke atas, banyak pria sudah menikah. Masa mau jadi istri kedua?
Sementara yang masih melajang atau yang sudah jadi duda biasanya memilih menikahi wanita yang lebih muda. Ditambah rasa takut bakal hidup kesepian dan tak ada yang mendampingi di masa tua, lengkaplah kegalauan para wanita lajang usia matang.