
Ketika tubuh manusia menerima asupan energi melebihi jumlah yang dibutuhkan, tubuh akan menyimpannya sebagai lemak.
Obesitas dan penyakit penyertanya adalah dampak dari perilaku over consumption (didukung oleh sedentary lifestyle). Survei CNN International mencatat, Indonesia termasuk dalam 10 negara dengan angka obesitas tinggi. Amerika Serikat juara pertama, kemudian berturut-turut Tiongkok, India, Rusia, Brasil, Meksiko, Mesir, Jerman, Pakistan, dan Indonesia.
Riset yang dimuat dalam Jurnal Lancet menyebutkan, di negara berkembang, tingginya angka obesitas disumbang oleh wanita, sedangkan di negara maju tingginya angka obesitas disumbang oleh pria. Entah apa alasannya, karena tidak disebutkan.
Berkaitan ke persoalan makan, ketika tubuh manusia menerima asupan energi melebihi jumlah yang dibutuhkan, tubuh akan menyimpannya sebagai lemak. Saat ini masyarakat Amerika menambah 200 kalori per hari pada porsi makannya. Anak-anak obes di Amerika terus bertambah hingga Michelle Obama perlu membuat gerakan melawan obesitas dengan mengajarkan anak-anak di sekolah untuk lebih banyak mengonsumsi buah dan sayuran.
Resto-resto di Jerman menyajikan segunung sosis dan kentang, dan segelas besar bir. Tapi lihatlah cara resto Prancis menghidangkan makanan. Sajian makanan berkelas dalam porsi kecil dan tetap memerhatikan komposisi protein, lemak, dan serat.
Masyarakat Indonesia terbiasa mengonsumsi karbohidrat berlebihan. Nasi tetap sebagai makanan utama, sedangkan ubi, singkong, mi, roti, kue, dan cake sebagai makanan selingan. Meski negara ini negara agraris, konsumsi buah dan sayur sangat minim. Bertambahnya kesejahteraan rakyat dan meningkatnya jumlah penduduk usia produktif diperkirakan akan memicu jumlah orang dewasa obesitas.
Fakta ini bisa mengakibatkan angka kematian di usia produktif meningkat gara-gara penyakit degeneratif seperti darah tinggi, jantung, dan diabetes. Masa kita rela, sih, Indonesia jadi negara berpenduduk obesitas?