.jpg)
Dari Stasiun Fatmawati perjalanan kami berlanjut melewati stasiun berikutnya, Stasiun Cipete, yang terletak di Jalan Cipete Raya. Kemudian kami terus terus melewati terminal berikutnya yaitu Stasiun Blok A, Stasiun Haji Nawi, Stasiun Blok M, dan Stasiun Sisingamangaraja, terminal nostalgia saya. Tujuh stasiun dari Lebak Bulus-Sisingamangaraja merupakan stasiun layang.
Akhirnya kami berhenti di Stasiun Senayan, lokasinya di seberang Ratu Plaza. Melalui jembatan penyeberangan, kami masuk ke area stasiun. Diakui oleh pihak MRT, stasiun Senayan memiliki kemajuan paling pesat, dan sudah terlihat bentuknya dengan jelas.
Kami membuktikannya dengan turun ke area yang berada di bawah tanah. Konstruksi bawah tanah dari MRT Jakarta ini nantinya membentang sepanjang 6 km, mulai dari Senayan hingga Bundaran Hotel Indonesia.
Secara bergiliran kami turun melalui tangga yang sempit, bisa dibilang ringkih; hanya tujuh orang yang boleh berbarengan menuruni tangga tersebut.
Akhirnya kami berada di entrance atau pintu masuk stasiun Senayan. Dalam stasiun ini nantinya ada fasilitas area privat seperti nursing room atau ruang untuk menyusui serta mengganti diaper, juga first aid room. Untuk manula atau orang berkebutuhan khusus, disediakan lift, dan akses lainnya untuk ke bawah bisa menggunakan eskalator maupun tangga.
Senang sekali bisa melihat langsung bentuk lintasan MRT dalam kondisi belum sepenuhnya rampung. Sekilas mengingatkan saya pada adegan di film-film. Lorong panjang serta terowongan berbentuk lubang raksasa terlihat dramatis.
Waktu yang singkat membuat kami buru-buru selfie dan wefie dalam terowongan tersebut. Saya yakin, kami semua yang berada di situ dalam hati berdoa agar pembangunan MRT Jakarta tepat waktu dan lancar tanpa kendala. Dari saat saya berkunjung, masih ada 563 hari lagi agar MRT Jakarta siap beroperasi.
Kita lihat saja apakah kemacetan di Jakarta akhirnya bisa berkurang. Kami tunggu, MRT Jakarta!
Foto: Erin Metasari