
Mengikuti nasabah berarti mengikuti juga kebutuhan mereka dan menyediakan layanannya. Jika dulu Bank BRI lebih banyak ditemukan di desa, sekarang bank ini sudah tak asing juga di perkotaan bahkan di luar negeri. Membawa Bank BRI
ke pasar millennial, itu juga rencananya.
Hal ini dikatakannya melihat populasi Indonesia yang lebih banyak di usia produktif yaitu 18-40 tahun.
Dalam perjalanan kariernya, Handayani selalu memiliki perencanaan. Ia bukan tipe orang yang go with the flow, ke mana angin akan membawa.
“Misalnya, saya punya plan harus jadi VP di umur sekian, kalau tidak, saya perlu mencari pekerjaan lain,” ia mencontohkan. Keputusannya memiliki satu anak pun termasuk dalam rencana hidupnya. “Kalau ada perencanaan, jika tidak tercapai, penyesuaiannya akan lebih mudah”.
Apakah semua rencananya telah ia penuhi? “Saya selalu mensyukuri pencapaian yang sudah saya rasakan,” ujarnya.
Sejauh ini, Handayani sangat bersyukur diberi kemudahan dalam kehidupannya, baik dalam karier maupun berkeluarga. Ia melihat sukses sebagai suatu proses, sebuah perjalanan untuk sebuah pencapaian.
Tidak harus sesuatu yang besar, keberhasilan-keberhasilan kecil pun boleh dihargai sebagai kesuksesan. Khusus dalam kariernya, Handayani mendefinisikan sukses ketika ia bisa memberikan manfaat dan kebahagiaan untuk orang lain serta bisa
mempengaruhi sesuatu yang baik untuk orang-orang di sekitarnya.
Menduduki posisi yang cukup tinggi saat ini tentu disyukuri oleh Handayani, posisi yang didominasi para pria. Namun ia tidak merasa terbatasi karena gendernya, setidaknya menurut pengalamannya bekerja di BUMN.
“Kadang perempuan sendiri yang merasa ada keterbatasan-keterbatasan,” ujarnya.
Tak bisa dipungkiri, semakin tinggi jabatan seseorang di dunia kerja maka semakin menyita waktu pula pekerjaannya.
“Mungkin banyak wanita yang sulit memenuhinya,” ujarnya.
Namun ia percaya, jika seorang wanita benar-benar memanfaatkan skill-nya, mengasah komptensinya, memiliki jaringan yang baik, karier yang cemerlang pun akan didapat. Handayani percaya, untuk sukses, seseorang memerlukan dukungan orang lain yang bisa memberikan pengaruh positif dan aspirasi.
Dalam kariernya, dukungan itu diterjemahkan dalam bentuk mentor, orang yang mendorong semangatnya, menjadi teman diskusi, dan juga pengritik. Peran keluarga pun sangat penting untuknya. Doa dari kedua orang tua, suami, dan anaknya.
“Saya bahkan pernah bertanya ke anak saya, lebih baik ibu bekerja atau tidak. Ia memilih ibu bekerja karena lebih enak, tidak bawel,” ceritanya sambil tertawa kecil.
Simpel, begitu ia menggambarkan hidupnya. Bangun tidur di pagi hari, stretching, salat Subuh, menyeduh kopi; kadang menikmatinya dengan susu tapi kadang kopi hitam saja, menonton televisi sebentar, lalu bekerja ke kantor, setelah itu
pulang ke rumah.
Handayani punya satu impian yang belum tercapai