
Di antara kesibukannya, ia pasti menyelipkan me-time dengan ketiga sahabat wanitanya.
“Kami pergi bersama-sama dua kali setahun, ini sudah kami jalani berpuluh tahun,” ia bercerita.
Tapi namanya juga wanita karier, perjalanan ini hanya dari Jumat malam hingga Minggu malam. Destinasinya bebas, dari Yogyakarta, Bali, sampai Milan.
Walau tak sedang bepergian bersama pun, keempat sahabat ini sering berkumpul. Satu syaratnya, tidak boleh membicarakan pekerjaan!
“Kami membicarakan cake saja bisa panjang bahasannya,” ujar Handayani. Ia memang mengaku hobi makan. Semua ingin ia coba, tidak ada pantangan. “Asalkan halal,” katanya.
Ada satu impian Handayani yang belum tercapai yaitu membangun komunitas bagi kelompok orang yang kurang beruntung.
Ia pernah berkesempatan memberikan pelatihan untuk ibu-ibu di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Mereka kesulitan secara ekonomi. Kebanyakan dari mereka korban kekerasan dalam rumah tangga atau tidak dinafkahi karena suami mereka tidak bekerja.
“Saya membantu mengajak mereka berdiri sendiri, dimulai dari mencari apa kebisaan mereka,” ceritanya.
Para ibu tersebut kemudian dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang masing-masingnya memiliki ketua kelompok. Setelah itu, mereka akan diberikan pinjaman untuk modal awal pekerjaan mereka. Handayani tersentuh akan semangat hidup para ibu-ibu tersebut.
“Ini kegiatan yang ingin saya lakukan, memberdayakan masyarakat khususnya perempuan. Mungkin ketika sudah tidak di posisi seperti sekarang. Masih banyak potensi yang bisa digali agar mereka percaya diri dan berdaya.”
Foto: Denny Herliyanso
Pengarah gaya: Ai Syarif
Busana: Valentino
Artikel ini dimuat di Majalah Dewi edisi November 2018
Klik dewimagazine.com untuk artikel profil, gaya hidup, dan fashion lainnya