Disebut Kota Seribu Kastil, sejauh mata memandang tampak kastil-kastil dan gedung-gedung kuni berusia ratusan tahun yang berserakan di seluruh penjuru kota yang selalu berkabut ini. Karena itu, tak lengkap rasanya bila berkunjung ke Edinburgh tanpa bertamu ke salah satu kastilnya. Saya memilih Edinburgh Castle yang menjadi ikon kota Edinburgh. Berdiri kokoh di puncak sebuah bukit karang, kastil ini juga mendapat julukan lain, yaitu The Castle Rock.
Dulunya kastil ini milik keluarga kerajaan Skotlandia yang didirikan pada masa pemerintahan Raja David I pada abad ke-12. Pada abad ke-15-17, kastil ini sempat menjadi barak militer, dan kini dijadikan bangunan cagar budaya. Dari pelataran kastil, saya bisa menyaksikan hamparan empat penjuru kota Edinburgh dari ketinggian, juga laut di kejauhan. Menyusuri lorong-lorong dan menaranya yang kokoh dan gelap, saya seolah dilemparkan kembali ke Abad Pertengahan.
Setelah novel Harry Potter meledak, ada sebuah kafe di Edinburgh yang namanya ikut mencuat. Di George IV Bridge Street, banyak resto , kafe, dan toko tersebar di sepanjang jalan ini. Semuanya ramai pembeli, tapi hanya kafe The Elephant House yang menimbulkan kerumunan di depan pintunya. Rupanya di kafe yang sederhana inilah J.K. Rowling menciptakan tujuh seri Harry Potter yang terkenal itu.
Bagusnya, kafe ini sama sekali tidak berusaha mengeksploitasi Harry Potter sebagai strategi pemasaran. Mereka hanya menempatkan tulisan “The Birth Place of Harry Potter” pada bagian bawah etalase dan membiarkan para pemuja cerita sihir itu menjadikannya latar berfoto. Setiap orang boleh berfoto di depan kafe itu, tanpa syarat harus makan atau ngopi di sana. Sayangnya saya tak sempat bersantap di sana, karena kafenya hampir selalu fully booked. Terhadanglah niat saya mengais ceceran inspirasi Rowling yang mungkin masih tertinggal di sana.
Bila Tokyo di Jepang memiliki anjing setia bernama Hachiko, maka Edinburgh memiliki Bobby, seekor anjing jenis Skye Terrier yang hidup di abad ke-19. Bobby tersohor dan menjadi ikon kota karena konon dia dengan setia menjaga makam tuannya –bernama John Gray, seorang polisi — yang terletak di halaman sebuah gereja selama 14 tahun hingga ia mati pada 14 januari 1872. Menurut legenda, setiap malam Bobby tidur di atas makam tuannya, tak peduli saat musim panas ataupun musim dingin.
Di ujung George IV Bridge Street saya menemukan monumen Bobby Greyfriar. Greyfriar Kirkyard adalah nama sebuah pemakaman kuno di halaman sebuah gereja – indah sekaligus seram, khususnya di malam hari. Uniknya, pemakaman kuno ini juga dijadikan salah satu obyek wisata, khususnya wisata malam. Sejumlah biro wisata lokal menawarkan petualangan seram pada malam hari menyusuri tempat-tempat angker di sekitar Edinburgh, termasuk blusukan ke makam-makam tua. Salah satunya adalah The Ghost Bus Tour, lengkap dengan busnya yang berwarna hitam seperti mobil jenazah.
Victoria Street adalah salah satu wilayah yang paling digemari wisatawan. Ruas jalan melengkung ini di kanan-kirinya dipenuhi toko-toko mungil yang didandani cantik. Ada toko busana berbahan tweed. toko buku-buku tua, toko yang khusus menjual aneka vinegar, toko peralatan minum teh, toko aneka biskuit khas Skotlandia, toko keju, dan banyak lagi.
Ingin tahu lebih banyak soal Inggris? Baca juga soal ziarah Beatles di Liverpool serta serunya Stonehenge dan Salisbury.
Foto: Tina Savitri