Meski sulit, terutama bagi yang berbakat ceriwis, menutup mulut terkadang menjadi strategi yang bijak.
Relasi kita dengan orang lain sering terganggu hanya karena kita tidak dapat menahan diri untuk bicara. Pernahkah Anda bertengkar dengan suami hanya gara-gara Anda berkomentar yang tidak dia inginkan? Pernahkah keakraban Anda dengan teman berantakan hanya karena Anda terlalu cepat berkomentar untuk sesuatu yang sesungguhnya tak perlu dikomentari? Kapan kita harus bicara dan kapan kita sebaiknya tutup mulut ?
Lebih baik, Anda tutup mulut ketika berada dalam beberapa kondisi berikut.
Anda tak yakin
Dalam suasana rapat yang cenderung serius dan formal, kita harus pandai-pandai menahan diri untuk bergurau, meskipun itu rapat rutin dan dihadiri oleh rekan-rekan kerja kita sendiri. Ada baiknya memikirkan lebih dulu apa yang akan Anda sampaikan agar tidak terkesan ‘asbun’ atau asal bunyi, yang hanya akan membuat diri Anda tampak ridiculous di mata orang lain. Sediakan pula waktu untuk mendengarkan agar Anda punya kesempatan untuk mencerna pendapat orang lain dan mengetahui kebutuhan serta motivasi mereka. Setelah memahami semua itu, barulah Anda memberi komentar.
Anda tidak suka pada pacar anak Anda
Nyinyir mempertanyakan gadis pilihannya (apalagi dengan nada mengritik) akan sangat menyakiti hati anak Anda. Lebih baik diam dulu dan memikirkan cara berkomunikasi yang tepat agar anak Anda setidaknya mau mendengarkan sudut pandang Anda.
Ingin curhat tentang suami kepada sahabat
Alih-alih cuma ingin curhat, hal bisa menjadi racun bagi perkawinan Anda kelak. Bila Anda kerap bicara yang negatif tentang suami Anda, jangan heran bila sahabat Anda perlahan-lahan akan menganggap bahwa Andalah yang sesungguhnya menciptakan dan memelihara konflik itu. Ini akan membuat sahabat Anda merasa tidak nyaman berada di dekat Anda dan salah tingkah bila bertemu suami Anda. Tapi lebih celaka lagi bila tempat curhat Anda itu adalah lawan jenis. Wah, bisa-bisa malah berakhir dengan perselingkuhan!