
Penulis buku The Cinderella Complex, Colette Dowling berpendapat, bahwa yang dibutuhkan wanita bukanlah rasa kagum dari orang lain, tetapi perasaan cinta diri. Dan menurutnya, membangun cinta diri berarti meninjau ulang hubungan kita dengan ibu kita. Sebagai kanak-kanak kita perlu mengidolakannya, secara tak sadar tidak menghiraukan kelemahan-kelemahannya, obsesinya. Untuk mengurangi kecemasan bahwa kelemahan ibu mempengaruhi diri kita, kita memakai pelindung mata. Tapi, bila kita ingin berkembang menjadi wanita yang benar-benar mandiri, hal itu harus berubah. Kita harus mulai menerima kekurangan ibu kita. Melihatnya lebih manusiawi –menerima kekurangannya– memberi kita izin menerima diri kita apa adanya.
Soal hubungan ibu-anak ini, ada pengalaman unik yang dialami Dowling. Setelah diterbitkannya The Cinderella Complex, ia berkeliling memberi ceramah. Ketika diminta bicara di sebuah perguruan tinggi di Columbia, South Carolina, dekat tempat tinggal orang tuanya, ia merasa bersemangat karena ibunya berkesempatan menghadiri ceramahnya.
Ceramah berlangsung lancar. Tapi komentar ibunya sungguh di luar dugaan. “Well, aku suka melihat cahaya lampu menyinari rambutmu di atas panggung.”Dowling merasa kecewa. Ia sesungguhnya ingin ‘bercermin’, ingin mendapat pengakuan ibunya. Bukan soal penampilannya, tapi soal bobot ceramahnya, atau caranya membawakan ceramah itu. Tapi Dowling segera memahami ibunya. Wanita tua itu rupanya merasa kesulitan membangun kontak dengan anak perempuannya yang berdiri di balik podium. Ia merasa jauh, seperti menghadapi orang yang tidak dikenal. Ia lalu mencari kedekatan, pada sesuatu yang dikenalnya, sesuatu yang masih diingatnya, yaitu rambut anak perempuannya yang lembut, pirang, dan berkilauan.
Memaklumi keterbatasan ibunya membuat Dowling menyadari, bahwa ia dan ibunya adalah dua pribadi dewasa yang terpisah. Ia merasakan empati yang mendalam terhadap ibunya, dan semakin bisa mengenali dan menerima dirinya.
(bersambung)