Marah sebagai pelepasan
Marah jenis ini biasanya tidak ditujukan kepada siapapun. Anda mencari seorang sahabat untuk ‘cuap-cuap’ melampiaskan amarah Anda terhadap suami, anak, suasan kantor, atau apa pun. Apakah ini baik? Tentu tidak. Ada anggapan bahwa otak ibarat pressure cooker, sehingga otak perlu pelepasan. Meski sahabat Anda tampak bersimpati dan memaklumi kemarahan Anda, pelepasan semacam ini justru membuat Anda menjadi lebih marah dari sebelumnya.
Drama queen
Bersumpah mati, melempar barang, menggebrak-gebrak, merupakan tanda bahwa seseorang tidak mampu mengendalikan diri. Seseorang yang marah dengan kemarahan jenis ini sebetulnya tidak terlalu dramatis juga karena mereka memilih melempar piring daripada laptopnya, dan berteriak-teriak di rumah, bukan di kantornya. “Seseorang yang marah biasanya merasa bahwa perilakunya bisa dibenarkan, yakin bahwa pelampiasan itu bermanfaat dan tampak kuat itu bagus,” kata Laurent.
Marah tersamar
Perilaku pasif agresif mungkin tampak lebih halus daripada marah membabi buta. “Tetapi yang namanya marah, itu buruk karena bisa merusak,” kata Dr. Laurent. Bila Anda bermasalah dengan direktur di tempat Anda bekerja, dan Anda memilih menghindari konfrontasi, Anda akan melampiaskan kemarahan dengan bergosip atau ‘ngomong’ di belakang untuk membenarkan diri Anda. Ketika seseorang bertanya ada masalah apa, jawaban awal Anda ‘nggak ada apa-apa.’ Tetapi segera setelah itu Anda membicarakannya diam-diam. Itu bisa membuat Anda tidak tampak marah, tetapi masalah selanjutnya adalah masalah interpersonal. Hubungan Anda dengan direktur Anda terganggu.