Sering salah kaprah
Konsep soulmate sebenarnya sudah ada sejak zaman dulu. Berdasarkan mitologi Yunani, dikisahkan manusia dulu diciptakan mempunyai dua kepala, empat tangan, empat kaki, dan satu hati. Namun karena Dewa Zeus merasa terintimidasi, maka ia pun membelahnya menjadi dua, seperti manusia sekarang ini. Akibatnya, untuk menjadi utuh kembali, manusia akan terus mencari belahan dirinya atau yang disebut soulmate. Plato, filsuf yang hidup di masa itu pun mengatakan bahwa ‘soul mate is a person's "other half". Hidup seseorang baru akan komplit dan bahagia jika bersatu dengan belahan jiwanya.
Namun banyak orang terperangkap oleh anggapan bahwa soulmate akan menjadi pasangan hidup kita dan satu-satunya orang yang bisa membahagiakan kita. Sehingga ketika kemudian ia merasa tidak bahagia, ia menganggap dirinya menikah dengan orang yang 'salah'. Anggapan ini menurut Christine Meinecke, Ph.D, psikolog dari Iowa, Amerika Serikat dan penulis buku Everybody Marries the Wrong Person, salah satu akibat orang salah kaprah memaknai soulmate. Awalnya mereka “terpedaya” dengan ketertarikan lahiriah yang hanya sesaat. Namun ketika sudah hidup bersama dan sering cekcok, mereka lantas cenderung menyalahkan pasangannya. Bahkan ada yang memilih berpisah untuk menemukan belahan jiwanya yang entah dimana rimbanya.