Wilita Putrinda (41), pengusaha
Lomba norak
“Dulu, setiap Jumat di SMA saya, kami boleh memakai baju bebas. Ada yang memakai baju biasa saja tapi ada pula yang super aneh sampai tergolong norak. Karena terlalu sering mencela -- dalam konteks humor -- teman-teman berbaju aneh, akhirnya saya dan teman seangkatan berinisiatif membuat lomba, namanya 'lomba norak'. Walaupun ini sekadar iseng, tapi kami melakukannya dengan sungguh-sungguh. Mereka yang terpilih sebagai peserta 'ternorak' harus berjalan seperti layaknya peragawati yang memeragakan busana di catwalk. Walaupun pemenangnya tidak mendapat hadiah, tapi berkat lomba ini kami makin kompak dan ini menjadi kenangan tersendiri sampai sekarang.”
“Dulu, setiap Jumat di SMA saya, kami boleh memakai baju bebas. Ada yang memakai baju biasa saja tapi ada pula yang super aneh sampai tergolong norak. Karena terlalu sering mencela -- dalam konteks humor -- teman-teman berbaju aneh, akhirnya saya dan teman seangkatan berinisiatif membuat lomba, namanya 'lomba norak'. Walaupun ini sekadar iseng, tapi kami melakukannya dengan sungguh-sungguh. Mereka yang terpilih sebagai peserta 'ternorak' harus berjalan seperti layaknya peragawati yang memeragakan busana di catwalk. Walaupun pemenangnya tidak mendapat hadiah, tapi berkat lomba ini kami makin kompak dan ini menjadi kenangan tersendiri sampai sekarang.”