
Putra atau putri ABG Anda yang lucu dan polos itu kini sudah mengenal cinta dan mulai berkencan? Sebagai orang tua, wajar saja bila Anda cemas. Berikut cara-cara menyikapinya dengan bijaksana.
Sama sekali tak ada yang salah dengan jatuh cinta. Apalagi di kalangan remaja maupun pra-remaja yang hormon-hormon seksualnya baru berkembang. Namun bila mengingat kepribadian mereka yang masih labil dan mudah terpengaruh, sementara berbagai pengaruh buruk lingkungan (termasuk internet dan media sosial) serta pergaulan siap mengancam mereka, wajar saja bila orang tua jadi stres dan deg-degan.
Melarang anak remaja Anda berkencan atau berpacaran, jelas tidak mempan lagi untuk zaman sekarang. Bisa-bisa anak Anda malah terjerumus ke dalam jurang yang Anda takutkan. Lantas apa yang harus dilakukan? Jean Robb, penulis buku Enjoy Your Teenagers, memberi tip-tip bijaksana agar Anda terbebas dari rasa cemas yang berlebihan.
1. Kenali tanda-tanda anak Anda jatuh cinta
Tak semua anak mau terbuka soal cinta pada orang tuanya; terutama bila selama ini orang tua sering mengatakan (meski sembari bercanda) bahwa anak-anak tak boleh pacaran dulu sebelum lulus SMA atau lulus kuliah. Bila mereka mulai senang berdandan saat akan ke sekolah atau ke luar rumah, berulang kali (dalam sehari) menyebut nama orang yang sama dengan wajah sumringah, dan sering menelepon berlama-lama sambil berbisik-bisik atau sambil menjauhi Anda, banyak termenung dengan wajah menerawang, hmm, bisa dipastikan anak Anda sedang jatuh cinta.
Tak ada salahnya Anda memancingnya dengan bertanya sambil bercanda. Bila anak Anda tidak mendapat kesan adanya ancaman dari cara Anda bertanya, biasanya dia akan lebih mudah untuk bersikap terbuka.
2. Mengingat kembali masa remaja Anda sendiri
Ketika Anda mulai diserang rasa cemas menghadapi perilaku remaja Anda yang sedang dimabuk cinta (yang sering kali tidak rasional), maka pengalaman masa lalu Anda sewaktu remaja, berikut semua gejolak yang melanda diri Anda waktu itu, akan sangat membantu untuk memahami perilaku anak Anda saat ini. Buktinya, Anda berhasil selamat melewatinya.
3. Memberi privasi
Perilaku remaja Anda yang hatinya sedang galau pastinya aneh-aneh dan mungkin membuat Anda sebal. Misalnya, bolak-balik tak menentu di sekeliling rumah, menyetel lagu keras-keras, atau menelepon seseorang tanpa henti. Daripada ngomel, lebih baik Anda memberi ruang privasi bagi dia dan juga bagi Anda sendiri agar tidak saling mengganggu (tapi Anda tetap bisa memonitor dia tanpa sepengetahuannya).
4. Mengatasi rasa cemburu
Mendapati kenyataan bahwa anak kesayangan Anda mulai mencintai orang lain selain Anda, Wajar saja bila sebagai orang tua Anda merasa cemburu dan ditinggalkan. Apalagi kalau sedang jatuh cinta, anak Anda bisa ‘lupa’ pada orang tuanya dan bolak-balik menyebut nama sang pujaan hati. Sekali lagi, ingat-ingatlah lagi masa-masa ketika Anda jatuh cinta saat remaja dulu. Bagaimanapun terlukanya perasaan Anda, lebih baik berusaha menerima kenyataan ini dengan lapang dada, karena memang begitulah hidup. Suatu saat nanti Anda bahkan harus melepas dia sepenuhnya untuk orang lain.
5. Sediakan waktu untuk diri sendiri
Merasa cemas dan sedih sah-sah saja. Tapi jangan memperlihatkannya secara berlebihan di depan sang remaja yang sedang dimabuk cinta. Bisa-bisa dia malah menjauhi Anda.