
Di Indonesia sendiri, diet ketogenik menjadi tren tahun ini. Jansen Ongko, seorang ahli gizi dan olahraga, pun sepakat. “Tren 2017 adalah diet ketogenik dan ketofatosis,” kata Jansen.
Ketofastosis adalah diet yang menggabungkan konsep diet ketogenik dengan puasa. Salah satu pendorong tren diet ketogenik adalah karena diet ini dapat menurunkan berat badan dalam waktu cepat, sehingga lebih memotivasi praktisi (tentunya!).
Dari dr. Grace Judio-Kahl, MSc, MH, CHt—seorang behaviour scientist dan weight control specialist pendiri klinik lightHouse—saya mendapat penjelasan soal hal tersebut.
Ketika kita menghindari konsumsi karbohidrat, maka simpanan karbohidrat dalam tubuh akan cepat terpakai. Dan karena selalu bergandengan dengan air, maka massa gula akan lebih berat dibandingkan lemak. Ketika gula dimanfaatkan menjadi energi, maka air akan ikut dikeluarkan juga.
“Memang ada penelitian selama 24 minggu. Orang yang berdiet rendah karbohidrat bisa turun 6,9 kg, sedangkan yang rendah lemak hanya turun 2,1 kg,” kata Dr. dr. Fiastuti Witjaksono, MS, MSc, SpGK (K), dokter spesialis gizi klinik dari FKUI.
Konsumsi lemak dalam jumlah banyak ternyata juga bisa menciptakan appetite suppressant atau penahan rasa lapar. Di samping itu, ketika kita
mengurangi konsumsi karbohidrat, hormon insulin menjadi sensitif. Artinya, kemampuan hormon insulin akan membaik sehingga kalori akan mudah terbakar menjadi energi.
Tapi, belakangan saya juga jadi tahu bahwa diet ketogenik tak sesederhana yang banyak orang kira. “Rata-rata orang bisa menoleransi diet ketogenik selama 2-3 minggu. Paling lama sebulan,” kata Grace.
Menurut Grace, diet ketogenik boleh dilakukan asalkan hasil medical check-up kita dalam kondisi normal, dan hanya dalam rentang waktu singkat. Ia sebaiknya dilupakan jika kita sudah pernah terkena serangan jantung, berbakat diabetes, atau memiliki gangguan ginjal.
Di balik banyak ‘cercaan’ terhadap karbohidrat, faktanya, kita masih sangat membutuhkannya. Karbohidrat menyajikan energi yang mudah diterima tubuh dalam waktu singkat. Bayangkan jika kita sedang puasa. Saat berbuka, kita akan kembali segar walau hanya minum es teh manis, kan? Ternyata ada penjelasan ilmiah di balik hal tersebut.
Karbohidrat sederhana, misalnya minuman manis, nasi putih, atau mi, bisa diurai menjadi energi dalam waktu 15-30 menit saja. Menyusul kemudian, karbohidrat kompleks seperti gandum, sayur, dan kacang-kacangan bisa diolah dalam waktu 1-1,5 jam. Sementara di sisi lain, protein seperti ikan-ikanan, ayam, dan daging butuh 3-4 jam, dan lemak seperti gajih dan goreng-gorengan diproses selama 6-7 jam.
Karena karbohidrat, kita jadi punya sumber energi yang bisa dipakai secara langsung. Karbohidrat yang disimpan dalam tubuh bernama glikogen,
‘rumahnya’ ada di otot. Glikogen bisa disimpan hingga 8-10 jam.
Fakta lainnya, menggantikan karbohidrat dengan nutrisi lain—misalnya lemak—tidak bisa membuat tubuh jadi segar seketika. “Rasa pusing itu akan terus timbul dan makin parah karena kita tidak akan bisa beradaptasi. Biar bagaimanapun, metabolisme lemak memang tidak bisa cepat,” kata Fiastuti.