
Tidak mau berlama-lama terombang-ambing di kapal Sun Voyager, kami melanjutkan perjalanan ke destinasi pamungkas. Kami sengaja menjadikan Lauvadegur sebagai tujuan terakhir dari rangkaian tur jalan kaki ini. Bukan hanya karena kami bakal betah berlama-lama di sini, tapi juga karena tempat ini searah dengan jalan pulang ke penginapan.
Laugavegur adalah salah satu shopping street tertua di Islandia, dan sudah ada sejak tahun 1885. Berbagai barang tersedia di sini—dari yang bermerek lokal hingga yang high brand. Dari kartu pos, pakaian tradisional Islandia, sampai perhiasan.

Kalau lapar, jangan khawatir. Banyak restoran dan kafe bertebaran. Saya sempat menyicipi soup in a bread di sebuah restoran bernama Svarta Kaffid. Restoran kecil ini sukses bikin perut saya hangat dan kenyang dengan harga yang relatif tidak mahal. Tapi, dibutuhkan kesabaran menunggu. Pengunjung kerap harus antre untuk mendapat tempat duduk
Di akhir hari, suhu Reykjavik yang sempat menghangat di tengah hari, anjlok lagi, kali ini hampir menembus minus derajat Celcius. Saatnya kembali ke kehangatan kamar, beristirahat sambil melemaskan kaki yang pegal-pegal setelah berjalan kaki keliling kota.
Foto: Astri Apriyani, Giri Prasetyo