
Bekal memasak yang didapat di kampung halaman membuat para perantau yang rindu masakan kampungnya memasak rendang. Menjadi kebiasaan mereka untuk mengajak keluarga atau teman lain agar mencoba masakan kita, hingga akhirnya semakin banyak yang mengetahui rendang—ditambah memang kemampuan orang Minang membuka rumah makan.
Hingga kini, masih banyak orang Minang yang mempertahankan cara memasak rendang seperti aslinya, yaitu menggunakan kayu bakar, bukan kompor gas. Reno dan Marco di antaranya. Ini sama saja seperti membandingkan memasak menggunakan cabai yang diulek dengan batu, dan cabai yang dihaluskan dengan blender. Hasilnya tentu akan berbeda. Begitu Reno menganologikannya.
Memasak rendang menggunakan kayu bakar berarti kita dapat mengatur panas api seperti yang diinginkan. Ini akan sulit dilakukan dengan kompor gas yang panasnya stabil. Untuk sebagian orang, aroma bakaran (smoky) dari rendang yang dimasak dengan kayu bakar juga memiliki daya tarik tersendiri.
Predikat makanan terpopuler di dunia menjadi omong kosong belaka jika tidak ada buktinya. “Ini menu dengan penjualan terbaik di resto ini,” ujar Marco. Untuk mengakomodasi permintaan pelanggannya, Marco marandang 25 kilogram daging dalam sebuah kuali berdiameter 1,5 meter.
Untuk mempertahankan rasa autentik, Reno dan Marco menggunakan bumbu-bumbu yang sebagian besar masih didatangkan dari Sumatra Barat. “Saya pernah menggunakan cabai yang dibeli di sini (Jakarta)—rasanya berbeda,” kata Marco. Karena itu, ia masih ‘mengimpor’ cabai dari Bukittinggi. Beras pun didatangkan Marco dari Solok.
Kendati ingin menghadirkan rendang yang autentik, Marco mengakui rasa rendangnya dibuat lebih ringan dibanding rendang di Sumatra Barat. Bumbu makanan Minang asli memang begitu kuat, kurang cocok dengan masyarakat Jakarta yang multikultural. Tapi ini juga berarti banyak inovasi yang dapat hadir terkait rendang. Mungkin Anda sudah terbiasa mendengar menu nasi rendang, mi rendang, atau nasi goreng rendang. “Kami punya roti rendang,” ujar Marco.
Serpihan daging rendang digunakan sebagai isi setangkup roti tawar yang dipotong empat menyerupai segi tiga. Rasanya? Ternyata masih acceptable untuk lidah Minang saya. Inovasi berikutnya yang patut ditunggu? Bagaimana kalau quesadilla rendang?
[Cek resep rendang spektakuler dan rendang udang]
Foto: Honda Tranggono
Pengarah visual: Lia Arsanti