
Ternyata Tao Tei menyusup ke Tembok Besar, dan membunuh Jenderal Shao. Komandan Lin (Jing Tian) jadi penggantinya. Dan William membantu jenderal cantik yang bisa berbahasa Inggris ini untuk menaklukkan Tao Tei.
Ketika seekor Tao Tei berhasil ditangkap dan dibawa ke Ibu Kota, barulah Wang dan Lin sadar kalau Tao Tei sudah membobol tembok dan bermaksud menyerang Ibu Kota. Dan saat William membantu Lin dan pasukannyanaik balon terbang ke Ibu Kota, Tovar dan Ballard mencoba kabur setelah mencuri persediaan bubuk mesiu.
Zhang Yimou adalah sutradara besar Cina yang dihormati di dunia film internasional karena karya-karya ikonisnya, seperti "The Road Home" dan "House of Flying Daggers." Tapi untuk "The Great Wall," Zhang berkompromi pada pakem Hollywood, meski ia tetap memberikan sentuhan ikonisnya (seperti close up ujung panah terbang).
Sisi komersial film kolosal yang efek visualnya cukup canggih ini terlihat dari pemilihan pemain. Para komandan yang muda dan kinclong diperankan oleh aktor-aktor top Cina yang biasa tampil di layar lebar dan drama TV populer.
Bahkan peran kecil tapi berhubungan erat dengan tokoh William, seorang prajurit muda, diperankan Luhan, mantan personel boyband EXO. Popularitasnya pasti mampu menggiring penonton wanita muda di Asia.
Untungnya skenario yang digarap keroyokan oleh Carlo Bernard, Doug Miro, dan Tony Gilroy ("Rogue One: A Star Wars Story," "The Bourne Ultimatum") padat dan cair dengan beberapa dialog kocak antara William dan Tovar; walau kecairan itu membuat siapa pun bisa memerankan tokoh William.
Dalam cerita dan setting berbeda, saya jadi membandingkannya dengan film monster Korea, "The Host" (2006) yang mampu membedah para tokohnya lebih dalam. Namun film ini tetap menghibur, dan bakal lebih seru ditonton dalam format IMAX 3D seperti pengalaman saya.
Foto: Universal Pictures