Meski tampak sempurna dan menjadi incaran para pemberi kerja, generasi milenium bukannya tidak memiliki kekurangan. Mereka adalah generasi yang narsistis, banyak menuntut, manja, dan memiliki rentang perhatian yang pendek. Mereka menerima banyak pujian dan jarang dikritik, cenderung mengaburkan batas komunikasi pribadi dan publik karena adanya teknologi yang memungkinkan mereka mencantumkan rahasia mereka yang paling dalam. Generasi ini juga kurang terbiasa berkomunikasi secara pribadi karena terbiasa berkomunikasi melalui pesan sekejap dan teks singkat yang tidak membutuhkan negosiasi secara tatap muka.
Karakteristik generasi milenium ini tentu saja berbeda pada setiap negara, tergantung kondisi sosial dan ekonomi negara tersebut. Tetapi secara umum ditandai dengan meningkatnya penggunaan dan keakraban mereka dengan media, teknologi komunikasi, dan teknologi digital.
Kelompok ke-3 yang disebut generasi X digambarkan mempunyai ambisi karier yang tinggi. Bagi generasi ini, yang penting adalah kualitas dan pemanfaatan waktu, lebih berorientasi pada masa kini dan masa depan. Memasuki usia pensiun, generasi X lebih senang mengandalkan usaha sendiri ketimbang mengandalkan instansi tempatnya bekerja.
Mereka memiliki semangat belajar yang tinggi, bersikap terbuka, dan mudah menyesuaikan diri. Meski tidak secanggih generasi milenium, generasi X akrab dengan internet dan teknologi informasi, dan berteman dengan jejaring sosial semacam facebook. Sebagian di antaranya pun merupakan ‘penduduk’ Twitterland.